Selasa, 07 Januari 2014

kemuliaan Ibunda Imam Syafi'i

Imam an-Nawawi pernah menceritakan bagaimana peran orangtua perempuan di belakang penguasaan Imam Syafi‘i terhadap fiqh. Ibu Imam Syafi’i adalah seorang wanita berkecerdasan tinggi tapi miskin. Namun bisa dikatakan kesetiaannya berada di belakang sang anaklah yang menjadikan Imam Syafi’i menjadi ilmuwan sejati hingga saat ini. Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif. Di sana, meski hidup tanpa suami, sang ibu telah sukses menerjemahkan visi jangka panjang untuk membawa nama harum sang anak ke hadapan Allahuta’ala. Sekalipun hidup dalam sebatang kara, hal itu tidak menghalangi sang ibu untuk menempatkan anaknya dalam kultur pendidikan agama yang terbaik di Mekkah. Sang ibu sadar, ia tidak memiliki banyak uang, namun kecintaananya terhadap Allah dan buah hatinya, sang ibu meluluhkan hati sang guru untuk rela mengajar Imam Syafi’i meski tanpa bayaran. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, kecintaan Imam Syafi’i tak sama sekali membuatnya pantang menyerah dalam mencintai Islam dan menimba ilmu. Beliau sampai harus mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta semata-mata demi kecintaannya dalam menulis Islam. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Hingga pada usia sebelum beranjak ke 15 tahun, Imam Syafi’i menceritakan hasratnya kepada sang ibu yang sangat dikasihinya tentang sebuah keinginan seorang anak untuk menambah ilmu diluar Mekkah. Mulanya sang bunda menolak. Berat baginya melepaskan Syafi’i, dalam sebuah kondisi dimana beliau berharap kelak Imam Syafi’i tetap berada bersamanya untuk menjaganya di hari tua. Namun demi ketaatan dan kecintaan Syafi’i kepada Ibundanya, maka mulanya beliau terpaksa membatalkan keinginannya itu. Meskipun demikian akhirnya sang ibunda mengizinkan Imam Syafi’i untuk memenuhi hajatnya untuk menambah Ilmu Pengetahuan ke luar kota. Sebelum melepaskan Syafi’i berangkat, ibunda Imam Syafi’i menjatuhkan doa ditengah rasa haru orangtua kandung memiliki anak yang telah jatuh hati pada ilmu, “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh Alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut Ilmu Pengetahuan peninggalan Pesuruhmu. Oleh karena itu aku bermohon kepadaMu ya Allah permudahkanlah urusannya. Peliharakanlah keselamatanNya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan yang berguna, amin!” Setelah usai berdo’a, sang ibu memeluk Syafi’i kecil dengan penuh kasih sayang bersama linangan air mata membanjiri jilbabnya. Ia sangat sedih betapa sang anak akan segera berpisah dengannya. Sambil mengelap air mata dari wajahnya, sang ibu berpesan, “Pergilah anakku. Allah bersamamu. Insya-Allah engkau akan menjadi bintang Ilmu yang paling gemerlapan dikemudian hari. Pergilah sekarang karena ibu telah ridha melepasmu. Ingatlah bahwa Allah itulah sebaik-baik tempat untuk memohon perlindungan!” Subhanallah Selepas mendengar doa itu, Imam Syafi’i mencium tangan sang ibu dan mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya. Sambil meninggalkan wanita paling tegar dalam hidupnya itu, Imam Syafi’i melambaikan tangan mengucapkan salam perpisahan. Ia berharap ibundanya senantiasa mendo’akan untuk kesejahteraan dan keberhasilannya dalam menuntut Ilmu. Imam Syafi’i tak sanggup menahan sedihnya, ia pergi dengan lelehan airmata membanjiri wajahnya. Wajah yang mengingatkan pada seorang ibu yang telah memolesnya menuju seorang bergelar ulama besar. Ya ulama besar yang akan kenang sampai kiamat menjelang. Itulah peran yang ditopang seorang ibu yang selalu memasrahkan buah hatinya kepada Allah berserta kekuatan tauhid yang menyala-nyala. Inilah karakter sejati seorang ibu yang telah menyerahkan jiwa raga anaknya hanya kepada ilmu. Menyerahkan segala aktivitasnya dalam rangka pengabdian kepada Allah. Dari mulai ia melahirkan, mengasuhnya tanpa suami, membesarkannya, hingga mengantar Syafi’i menjadi Imam Besar Umat Islam hingga kini.

Senin, 06 Januari 2014

Kiat Jadi Istri Solehah

1. Jangan membiarkan suami memandang dalam keadaan kita tidak menggembirakannya. Wanita yang paling baik adalah wanita yang selalu membuat suaminya bahagia. 2. Hendaklah senyum itu senatiasa menghiasi bibirmu setiap kita dipandang oleh sang suami. 3. Perbanyaklah mencari keridhan suami dengan mentaatinya, sejauh mana ketaatan kita kepada suami, sejauh itu pulalah dia merasakan cintamu kepadanya dan dia akan segera menuju keridhaanmu. 4. Pilihlah waktu ynag tepat untuk meluruskan kesalahan suami. 5. Jadilah kita orang yang lapang dada, janganlah sekali-kali menyebut-nyebut kekurangan suami kepada orang lain. 6. Perbaikilah kesalahan suami dengan segala kemampuan dan kecintaan yang kita miliki, janganlah berusaha melukai perasaannya. 7. Janganlah memuji-muji laki-laki lain dihadapan suami kecuali sifat diniyah yang ada pada laki-laki tersebut. 8. Jangan engkau benarkan ucapan negatif dari orang lain tentang suami, hingga kita menyaksikannya sendiri. 9. Upayakan untuk tampil di depan suami dengan perbuatan yang disenanginya dan ucapan yang disenanginya pula. 10. Berilah pengertian kepada suami agar dia menghormati kita dan saling menghormati dalam semua urusan. 11. Kita harus selalu merasa senang berkunjung kepada kedua orang tuanya. 12. Janganlah kita menampakkan kejemuan padanya, jika terjadi kekurangan materi Ingatlah bahwa apa yang ia berikan kepadamu sudah lebih dari cukup. 13. Biasakanlah tertawa bila ia tertawa, menangis dan bersedih jika ia bersedih. Karena bersatunya perasaan akan melahirkan perasaan cinta kasih. 14. Diam dan perhatikanlah jika ia berbicara. 15. Janganlah banyak mengingatkan bahwa kita pernah meminta sesuatu kepadanya. Bahkan jangan diingatkan kecuali jika kita tahu bahwa ia mudah untuk diingatkan. 16. Janganlah mengulangi kesalahan yang tidak disenangi oleh suami dan ia tidak suka melihatnya. 17. Jangan lupa bila melihat suami shalat sunnah di rumah, hendaknya kita berdiri dan ikut shalat dibelakangnya. Jika ia membaca, hendaknya kita duduk mendengarkannya. 18. Jangan berlebih-lebihan berbicara tentang angan-angan pribadi di depan suami, tetapi mintalah selalu agar ia menyebutkan keinginan pribadinya di depanmu. 19. Janganlah mendahulukan pendapat kita dari pendapatnya pada setiap masalah, baik yang kecil maupun yang besar. Hendaklah cinta kita kepadanya mendorong kita mendahulukan pendapatnya. 20. Janganlah mengerjakan shaum sunnah kecuali dengan izinnya, dan jangan keluar rumah kecuali dengan sepengetahuannya. 21. Jagalah rahasia yang disampaikan kepada kita dan janganlah menyebarkannya sekalipun kepada kedua orang tuanya. 22. Hati-hati jangan sampai menyebut-nyebut bahwa kita lebih tinggi derajatnya dari derajat suami. Hal itu akan mengundang kebencian kepada kita. 23. Jika salah satu dari orang tuanya sakit atau kerabatnya, maka kita punya kewajiban untuk menjenguk bersamanya. 24. Sesuaikanlah peralatan rumah tangga dengan barang-barang yang disenangi suami kita. 25. Jangan sampai meninggalkan rumah meskipun sedang bertengkar dengannya. 26. Katakanlah kejemuan dan kebosanan kita ketika ia sudah meninggalkan rumah. 27. Terimalah udzurnya ketika ia membatalkan janjinya untuk keluar bersama kita, karena mungkin ia terpaksa memenuhi panggilan orang yang datang kepadanya. 28. Hindari sifat cemburu, sesungguhnya cemburu adalah senjata penghancur. 29. Janganlah mengabaikan pemimpin kita (suami) dengan alasan bahwa ia telah menjadi suami kita. 30. Janganlah berbicara dengan sang suami, seakan-akan kita suci dan dia berdosa. 31. Jagalah perasaannya, jangan gembira ketika dia sedang sedih dan jangan menangis ketika dia gembira. 32. Perbanyaklah menyebut-nyebut keutamaan suami di hadapannya. 33. Perlihatkan kepada suam kita bahwa kita turut merasakan apa yng dirasakan sang suami tatkala ia tidak berhasil mencapai maksud dan tujuannya. 34. Perbaharuilah (tekad suami) ketika terjadi kegagalan. 35. Jauhilah sifat dusta karena hal itu kanmenyakitkannya. 36. Ingatkanlah selalu pada suami kita bahwa kita tidak tahu (bagaimana nasib kita) seandainya tidak dipersunting olehnya. 37. Ucapkanlah rasa syukur dan terima kasih pada waktu ia memberikan sesuatu kepada kita.

Sabtu, 04 Januari 2014

Siksaan Orang Berzina


Siksaan Orang Berzina

Zina, adalah suatu perbuatan yang kotor, keji. Satu pekerjaan atau perbuatan terkutuk, bagi yang melakukannya, akan memperolehi dosa yang besar. Satu pekerjaan laknat, satu pekerjaan syaitan dan perbuatan yang sesat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Quran yang berbunyi (maksudnya):

"Janganlah kamu hampiri akan pekerjaan zina itu, sesungguhnya (perbuatan zina itu) sangat keji dan jalan yang sesat.
(Al-Isra' 32)

Berbuat jahat (zina) adalah perbuatan keji sekali, kerana dari kejahatan itu terjadi bencana dan kemelaratan, seumpama "penyakit perempuan" dan lainnya. Dan akibat perzinaan itu, apabila lahir anak dari perbuatan zina itu, maka tidaklah tahu siapakah waris sebenar anak itu dan teranglah akan rosak pewaris yang sebenar-benarnya.

Memanglah perbuatan zina itu sangat kotor, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Daulah Islamiah, kepada sesiapa yang berzina itu dijatuhkan hukuman 100 kali sebatan, sebagaimana tersebut firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab suci Al-Quran yang berbunyi (maksudnya):

"Perempuan-perempuan dan laki-laki yang berzina hendaklah keduanya didera, masing-masing 100 kali sebatan. Janganlah sayang terhadap kedua-duanya dalam menjalankan agama Allah jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Hendaklah hadir ketika menyeksa (hukuman dera itu dijalankan) keduanya, satu golongan dari orang-orang mukmin."
(An-Nur 2)

Di dunia ini saja sudah begitu hebat kutukan dan deraan yang akan di terima oleh orang yang berzina itu, apatah lagi hukum dan balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak di akhirat. Menurut yang sering dijelaskan oleh mubaligh-mubaligh dalam pandangan yang diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sewaktu baginda israk iaitu:

Baginda melihat beberapa manusia laki-laki perempuan, di hadapan mereka terdapat dua piring yang berisi daging. Satu di antaranya berisi daging yang segar dan satu piring lagi berisikan daging yang busuk dan sangat keji, tetapi manusia-manusia itu terus menjemput dan memakan daging yang busuk itu sahaja, dan daging yang segar itu, sedikit tidak disentuhnya. Inilah sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang berzina, ia ada mempunyai isteri yang halal, tetapi masih suka mencari perempuan lacur dan haram, atau jalan yang baik masih ada yang dapat di tempuh, iaitu nikah, tetapi tidak mahu. Hanya bergaul sebagai kambing sahaja antara keduanya.

Dalam perjalan israk itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat juga satu kumpulan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang sangat hebat penyeksaannya dan azab yang ditimpakan kepada mereka.

Mereka digantung pada dadanya dengan rantai api neraka. Sedang dari faraj mereka keluar nanah dan danur yang sangat busuknya sehingga teramat busuknya, ahli neraka sendiri mengharapkan dan mengeluh dan meminta agar mereka-mereka ini dijauhkan dari mereka. Inilah manusia-manusia sewaktu hayatnya, melacur dan berzina, demikianlah ditunjukkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai perumpamaannya.

Menurut hadis mengenai bagaimana hebatnya seksaan bagi orang-orang yang berzina adalah sebagai tersebut di bawah ini.

Menurut satu riwayat daripada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, baginda bersabda: Takutlah kamu berbuat zina, kerana bagi orang yang mengerjakan zina itu, akan diberi enam jenis bala/seksa:

Tiga seksa sewaktu di dunia iaitu dengan berbuat pekerjaan terkutuk itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengurangkan rezekinya dan menghilangkan keberkatan, umurnya, dan sewaktu dicabut nyawanya, kelak dengan tidak ada rahmat dan belas kasihan sedikit juga padanya.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bermaksud:

"Jauhilah oleh kamu akan zina kerana kecelakaannya ada empat macam: Hilang kebagusan pada mukanya, disempitkan rezekinya dan kemurkaan Allah atasnya dan menyebabkan kekekalannya di dalam neraka."
(Riwayat Thabrany An Ibni 'Abbas)

Dan di akhirat kelak, sangatlah kemurkaan Allah atasnya, sangatlah pertanggunganjawab yang ditimpakan kepadanya dan ia akan diseret ke neraka dengan dirantai.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bermaksud:

"Dan siapa-siapa yang berzina dengan seorang perempuan, sewaktu berbangkit dari kuburnya kelak, sesungguhnya ia merasai sangat kehausan."

Berdasarkan kepada hadis-hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut, sesungguhnya sangatlah pedih dan ngerinya azab dan seksaan yang akan diterima oleh orang yang melakukan perbuatan yang durjana itu.

Dari itu, hendaklah dan wajiblah kita jauhi, kalau benar-benar kita mempercayai Al-Quran dan hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, haruslah kita jauhi dari sebab-sebab yang menyebabkan dan menghampirkan jatuhnya kepada perbuatan zina itu. Kelakuan-kelakuan yang mengakibatkan zina itu diantaranya ialah pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan.

Pergaulan bebas antara pemuda dan pemudi, atau antara laki-laki dan perempuan itu, sesungguhnya sangat berbahaya dan itu akan mengakibatkan terbitnya perbuatan durjana atau zina. Patut benar kita insafi apa yang dikatakan salah seorang ulama, Syekh Musthafa Alhammamy pernah berkata yang bermaksud:

"Sesungguhnya kemerdekaan pergaulan laki-laki dan perempuan di dalam dan di luar rumah, itulah sebab-sebab yang utama untuk menjatuhkan kepada kejahatan ini (zina). Dan itulah yang menyebabkan zina itu bertebar dengan seluas-luasnya. Siapa yang hendak menghilangkan dan mencabut dari akarnya, hendaklah dia melarang keluarganya dari pergaulan yang tidak terbatas itu."

Itulah salah satu kata-kata dari seorang ulama kita, dan memang dalam agama pun perkara itu dilarang keras, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Thabrany yang bermaksud:

"Jauhilah oleh kamu bersunyi-sunyi dengan perempuan. Demi Allah, tidak bersunyi dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan, melainkan masuklah syaitan diantara keduanya, dan bahawa bersentuhan seorang laki-laki akan khinzir yang berkubang dengan tanah/lumpur, lebih baik baginya daripada bersentuhan bahu dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya."

Demikianlah larangan mengenai pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, atau antara pemuda dengan pemudi. Apatah lagi menari antara pemuda dan pemudi, antara laki-laki perempuan, sangatlah dilarang dan dikutuk serta akan menerima azab yang amat pedih di akhirat nanti."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda yang bermaksud:

"Dicucuk kepala kamu dengan jarum daripada besi lebih baik baginya daripada menyentuh kulit perempuan yang tidak halal baginya."

Demikianlah halnya, sedang menyentuh sahaja, demikian hebat seksanya dan apakah pada waktu menari itu tidak menyentuh satu dengan yang lain? Rasanya lebih dari menyentuh lagi dan memegang-megang, berpeluk-pelukan dan meraba-raba lagi antara kedua jenis manusia itu.

Berdasarkan hadis tersebut, berdosalah orang-orang yang suka bersentuhan dengan perempuan, walaupun berjabat tangan antara keduanya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ada menjelaskan dalam salah satu hadis yang bermaksud:

"Barangsiapa yang berjabat tangan (bersalaman) dengan seorang perempuan, maka kelak di hari akhirat, ia akan dirantai dengan rantai api neraka.
Dan jikalau ia menciumnya, maka kelak di hari kemudian digunting kedua bibirnya dengan gunting dari api neraka.
Dan jika ia berzina dengannya, maka kedua pahanya akan menyaksi kelak di hari kemudian mengenai pekerjaannya yang terkutuk itu, dan Allah sangat murka kepadanya."

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menjelaskan, bagaimana persaksian anggota tubuh kita kelak di hari kemudian. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berbunyi (maksudnya):

"Hari ini akan dikuncilah mulut-mulut mereka dan akan berbicara serta bersaksilah tangan mereka (kira-kira katanya nanti, akulah yang memegang perempuan itu) dan menyaksikan kaki-kaki mereka (katanya, akulah yang berjalan pergi ke tempat pelacuran itu) dengan apa-apa yang dilakukan masing-masing."

(Yasin 65)

Amat berat benarlah yang akan ditanggung oleh manusia-manusia yang melakukan zina itu kelak di hari kemudian dan bagaimana hebat dan pedihnya seksa itu, bergantung kepada kelakuan yang dilakukan masing-masing. Dan kalau menzinai perempuan yang sudah bersuami, maka berlainan pulalah dosa dan seksaannya, sebagaimana menurut hadis juga, pernah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:

"Barang siapa berzina dengan perempuan yang bersuami adalah bagi laki-laki dan perempuan yang berzina itu, seksa yang sangat hebat sekali. Nanti pada hari kiamat, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan segala kebajikan laki-laki itu kepada suami perempuan itu dan segala dosa (yang telah dilakukan oleh suami) dipertanggungkan (dibebankan) kepada laki-laki itu.
Bila mana suami mengetahui pekerjaan isterinya yang serong itu dengan laki-laki lain (berbuat zina) sedangkan ia dayus (membiarkan sahaja dalam perkara itu), maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan bagi suami itu masuk syurga."

Demikianlah serba ringkas bagaimana azab dan seksa bagi orang-orang yang berzina yang sesungguhnya wajiblah kita jauhi sejauh-jauhnya, kerana itu adalah salah satu perbuatan yang mengakibatkan zina dan akan mendatangkan musibah dan keburukan.

Dan perlulah dimaklumi, bahawa hendaklah kita selaku orang muslim yang beriman, menjaga dan memelihara diri jangan sekali-kali dihampiri zina itu, kerana sungguh besar mudarat dan dosanya, seronok hanya seketika, tetapi dosanya berpanjangan dan sesungguhnya amat pedih seksaan yang akan diterimanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang ertinya:

"Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, supaya ia menutup pandangannya melihat yang terlarang dan menjaga kehormatannya dari kejahatan (jangan berbuat zina) demikianlah yang sebaik-baiknya, Allah Maha Mengerti apa-apa yang mereka lakukan."

Dan seterusnya firman Allah Subahanahu wa Ta'ala yang ertinya:

"Katakanlah kepada orang-orang yang beriman (wanita) supaya ia menutup pemandangannya dan menjaga kehormatannya, janganlah ia memperlihatkan perhiasannya selain yang biasa nyata kelihatan."

Jagalah Lisan

"Ketika kita sedang membicarakan keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika keburukan kitapun dibicarakan orang?"

Tanpa kita sadari, seringkali kita dengan mudahnya menggunjing orang lain. Hal ini seakan sudah menjadi tradisi dan inipun sudah masuk dalam ranah obrolan kita. Kadangkala kita ingin menghindari, namun sekali lagi terkadang kitapun tak mampu untuk menghindarinya.

Semua tahu, dan kitapun juga setuju bahwa membicarakan aib orang lain, bukan saja tidak ada manfaatnya tapi juga banyak sekali mendatangkan mudharat bagi banyak orang. Bahkan dalam Al Qur'an (QS. Al Hujurat 12) disebutkan,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang." (QS.49:12)

Bahwa orang yang suka menghibah (menceritakan keburukan orang lain) diibaratkan seperti makan bangkai saudaranya sendiri. Senada dengan itu Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir Bin Abdullah RA "Ketika kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba tercium bau busuk yang amat menyengat seperti bau bangkai. Maka Rasulullah SAW pun bersabda : "Tahukah kalian bau apakah ini? Inilah bau orang-orang yang menghibah orang lain." (HR.Ahmad)

Demikian perumpamaan Allah bagi orang-orang yang suka menceritakan keburukan orang lain dengan perumpamaan yang sangat buruk. Hal ini untuk memberikan penjelasan bagi manusia bahwa betapa buruknya ghibah itu. 

Oleh karena itu, hindari ghibah. Jaga lidah karena sesungguhnya lidahmu adalah harimaumu, karena sewaktu-waktu karena lidah jugalah nasib kita ditentukan. Berhati-hatilah berbicara, kalau memang dirasa tidak terlalu penting, jangan ngobrol sembarangan, karena akan menjurus kepada hal-hal yang negatif, salah satunya adalah ghibah. Seperti ungkapan diatas. tak seorangpun rela kalau kejelekannya juga diumbar atau diceritakan kepada orang lain.

Jumat, 03 Januari 2014

KISAH NABI ADAM AS


Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhawatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: "Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

.
Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."


Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

Adam Menghuni Syurga.

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."

Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran.

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25


Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.

Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.

124 KOMENTAR:

aepsar mengatakan...

Tanggung Jawab Orang Tua dan Anak dalam Islam

"Subhanallah.. betapa besar rahmat Allah kepada mahluknya", desah seorang ibu yang baru saja keluar dari ruang bersalin dengan cucuran air mata dan peluh keringat didahinya. Empat puluh minggu sudah ia mengandung si buah hati yang telah dinanti-nantikannya. Pada akhirnya sang buah hati hadir ke dunia dengan seijinNya. Dan tidak terasa, air mata pun menetes ketika pertama kali menyusui sang buah hati di dalam dekapannya. Terbayang dalam ingatannya, betapa besar pengorbanan ibu dan ayahnya yang telah membesarkannya. Rasanya, barulah ia sadar, apa sajakah yang telah ia berikan untuk kedua orang tuanya selama ini dan apa sajakah yang telah ia perbuat terhadap kedua orang tuanya?... Mungkin begitulah perasaan setiap anak yang baru saja merasakan peran barunya sebagai orang tua. Islam sebagai dien yang sempurna mengatur hubungan orang tua-anak ini. Dengan berpedoman kepada Al Qur'an dan As Sunnah, akan disebutkan bagaimana Islam mengatur hubungan ini.

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
1. Berusaha menjaga anak dari gangguan syaitan sebelum dilahirkan
    Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: "jika salah seorang dari kamu mendatangi istrinya dan berdoa; Bismillah, Allahumma jannibasy syaithona wa jannibisy syaithona ma rozaqtana, lalu keduanya diberikan anak, maka anak tersebut tidak diganggu syaithon"(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Mempunyai perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya
3. Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan
    Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS 42:49-50),
     Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (QS 16:58-59)
4. Adzan ditelinga anak yang dilahirkan
    Dari Abu Rafi ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW adzan di telinga hasan bin Ali, ketika Fathimah melahirkannya"(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
5. Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah
    Asma binti Abu Bakar ra meriwayatkan bahwa dia mengandung Abdullah bin Zubair di Mekkah, ia berkata: Saya pergi dalam keadaan sempurna kandungan, lalu saya datang ke Madinah dan singgah di Quba, lalu melahirkan di Quba. Kemudian membawanya pada Rasulullah SAW, beliau meletakkannya di pangkuannya. Kemudian minta dibawakan kurma, lalu mengunyah kurma itu dan beliau meludahi mulutnya. Jadi yang masuk pertama kali ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah SAW, kemudian beliau menyuapinya dan mendoakan keberkahan kepadanya"(HR. Bukhari dan Muslim).
6. Memberikan nama yang baik
   "Kalian akan dipanggil di hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Maka berilah nama kalian yang baik" (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Menyembelih aqiqah, mencukur rambut anak
   "Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih binatang baginya pada hari ketujuh (dari hari kelahirannya), diberi nama dan dicukur rambutnya" (HR. Samirah)
8. Mengkhitan
    Diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan bahwa: Rasulullah SAW bersabda: "Fitrah itu ada lima: Khitanan, mencukur bulu-bulu yang tumbuh disekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (Fitrah yang dimaksud disini adalah fitrah amaliyyah untuk mensucikan badan dan menghiasi penampilan, pangkal fitrah badan adalah khitan)
9. Menyusui
    "Para Ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan". (QS 2:233)
10.Memberikan pendidikan dan pengajian
11.Memberikan nafkah
     Dari 'Aisyah bahwa Hindun binti 'uthbah pernah bertanya: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sofyan adalah orang yang kikir. Ia tidak mau memberi nafkah kepadaku dan anakku, sehingga aku mesti mengambil dari padanya tanpa sepengetahuannya".  Maka Rasulullah bersabda: "Ambillah apa yang mencukupi bagimu dan anakmu dengan cara yang baik" (HR. Bukhari dan Muslim)
12.Menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap anak
     "Barang siapa yang baginya mempunyai tiga anak perempuan, ia menempatkan mereka dengan baik-baik, kasih sayang atas mereka dan memberikan pendidikan atas mereka, wajiblah baginya masuk syurga" (Riwayat Imam Ahmad. Al Bazzar dan At-Thabarani dari sahabat Jabir ra)
13.Memperhatikan keadaannya dan mengarahkannya untuk mendapat pekerjaan yang disukai
14.Melatih bekerja dan menghindarinya dari malas bekerja dan menganggur
15.Menjaga kesuciannya dan menikahkannya di kala ia membutuhkan dan mampu
16.Menyamakan pemberian kepada anak
      "Samakanlah pemberian kepada anak-anakmu! Sekiranya aku dibolehkan melebihkan seorang anak dari yang lain, niscaya aku akan lebihkan pemberian kepada anak perempuan' (HR. Thabrani)
Islam telah memberikan tuntunan bagi ummatnya di dalam menjalankan peran kehidupannya sebagai orang tua ataupun sebagai anak. Begitu sempurnanya ajaran Islam, sehingga seorang anak telah dijaga keselamatannya sebelum menjadi calon bayi dan ketika menjadi janin pun telah diperhatikan, misalnya dengan sering mengajak berbicara atau membacakan Al Qur'an ketika anak masih terbungkus di dalam rahim ibunya. Dan di saat kelahirannya pun,disyariatkan dalam Islam untuk menyambut gembira atas berita kelahiran. Kemudian mengenalkan kalimat Allah pada pertama kalinya dengan mengumandangkan adzan pada telinga kanan dan qomat pada telinga kiri. Lalu memamahkan kurma untuk membersihkan langit-langit mulut sang anak.
Dan pada hari ketujuh, dianjurkan menyembelih aqiqah, mencukur rambut yang kemudian bersedekah seberat timbangan cukuran rambutnya dan memberikan nama yang baik. Yang tidak lain mempunyai hikmah sosial dan kebersihan.
Kemudian para ibu dianjurkan menyusui bayinya sampai umur dua tahun, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan untuk anak laki-laki diwajibkan khitan, yang tak lain adalah untuk kebersihannya.
Anak dibesarkan dengan lemah lembut, dengan kasih sayang, dan diberikan pendidikan, nafkah lahir dan bathin. Terhadap anak perempuan, orang tua berkewajiban menghidupinya sampai ia bersuami. Sedangkan bagi anak laki-laki, begitu memasuki akil baligh, ia berkewajiban menghidupi diri, sesuai dengan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Dengan demikian untuk anak laki-laki, ia sudah mulai belajar bertanggung jawab. Sedangkan untuk anak perempuan, kesucian dan kemuliaannya akan tetap terjaga, dengan adanya tanggung jawab orang tua kepadanya.
Tanggung jawab anak terhadap orang tua
1. Berbuat baik terhadap orang tua
    "Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah sesuatu kecuali kepadaNya, dan terhadap kedua orang tua harus berlaku baik, pada waktu salah seorang dari mereka atau keduanya sampi berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau berkata "Cih/ah" kepada keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan kata-kata yang lunak, lemah lembut dan sopan. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil" (QS 17:23-24)
2. Tidak durhaka kepada orang tua
    Abdullah bin Amru bin Al'Ash ra, dari Rasulullah bersabda: "Dosa-dosa besar ialah: Menyekutukan Allah, dan durhaka pada kedua ayah-ibu dan membunuh manusia dan sumpah palsu" (HR. Bukhari)
3. Berbakti setelah keduanya meninggal
    Abu  Usaid (Malik) bin Rabi'ah Assa'iddy ra berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW, mendadak datang seseorang dari bani Salimah dan bertanya: Apakah masih ada jalan untuk berbakti kepada kedua orang tua sesudah meninggal keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya, dan membacakan istigfar untuk keduanya, dan melaksanakan wasiatnya, dan menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, melainkan karena keduanya, dan menghormati teman-teman keduanya (HR Abu Daud).
Sebagai anak, Allah SWT perintahkan untuk berlaku baik kepada kedua orang tua, dan bila keduanya telah berusia lanjut, kita harus semakin berbuat baik kepadanya, tidak sepatah kata 'ah/cih' pun yang dibolehkan keluar dari mulut kita. Karena termasuk dosa besar apabila kita durhaka kepadanya. "Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah SAW, untuk menanyakan siapakah orang yang lebih patut diperlakukan dengan baik? Maka jawab Rasulullah SAW: "Ibumu". Ia pun kemudian bertanya lagi: "lalu siapa lagi?"  Maka jawab beliau tetap: "Ibumu". Ia pun bertanya lagi: Lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap: "Ibumu". Lalu ia bertanya lagi: "Lalu siapa lagi?". Maka kali ini jawab beliau: "Ayahmu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan begitu pula bila keduanya dipanggilNya pun, kita masih berkewajiban berbakti kepadanya yaitu dengan men-sholatkannya. membacakan istighfar, melaksanakan wasiatnya, menghubungi keluarganya dan menghormati teman-teman keduanya.
Allah juga menyuruh kita sebagai anak untuk bersyukur kepadaNya dan kepada Ibu Bapak kita."Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu-Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu" (QS 31:14).

14 Cara nabi Muhammad SAW Mendidik Anak

Praktik pendidikan Nabi Muhammad SAW pada anak-anak dapat di gambarkan di bawah ini:

1. Rasulullah senang bermain-main (menghibur) dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu berkata, “ Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).”merekapun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.

2. Ketika ja’far bin Abu Tholib r.a, terbunuh dalam peperangan mut’ah, Nabi Muhammad SAW, sangat sedih. Beliau segera datang ke rumah ja’far dan menjumpai isterinya Asma bin Umais, yang sedang membuat roti, memandikan anak-anaknya dan memakaikan bajunya. Beliau berkata, “Suruh kemarilah anak-anak ja’far. Ketika mereka datang, beliau menciuminya. Sambil meneteskan air mata. Asma bertanya kepada beliau karena telah mengetahui ada musibah yang menimpanya.

3. “Wahai rasulullah, apa gerangan yang menyebabkan anda menangis? Apakah sudah ada berita yang sampai kepada anda mengenai suamiku Ja’far dan kawan-kawanya?” Beliau menjawab, “Ya benar, mereka hari di timpa musibah.” Air mata beliau mengalir dengan deras. Asma pun menjerit sehingga orang-orng perempuan berkumpul mengerumuninya. Kemudian Nabi Muhammad SAW. kembali kepada keluarganya dan beliau bersabda, “janganlah kalian melupakan keluarga ja’far, buatlah makanan untuk mereka, kerena sesungguhnya mereka sedang sibuk menghadapi musibah kematian ja’far.”

4. Ketika Rasulullah melihat anak Zaid menghampirinya, beliau memegang kedua bahunya kemudian menagis. Sebagian sahabat merasa heran karena beliau menangisi orang yang mati syahid di peperangan Mut’ah. Lalu Nabi Muhammad SAW. pun menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya ini adalah air mata seorang kawan yang kehilangan kawannya.

5. Al-Aqraa bin harits melihat Nabi Muhammad SAW. mencium Al-Hasan r.a. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka.” Rasulullah bersabda, “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan di sayangi.”

6. Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad SAW. supaya di doakan dimohonkan berkah dan di beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.”

Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi.

7. Ummu Kholid binti kho'id bin sa’ad Al-Amawiyah berkata, “Aku beserta ayahku menghadap Rasululloh dan aku memakai baju kurung (gamis) berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku, maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas hatimu, Nak!

8. Dari Anas, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. selalu bergaul dengan kami. Beliau berkata kepada saudara lelakiku yang kecil, “Wahai Abu Umair, mengerjakan apa si nugair (nama burung kecil).”

9. Nabi Muhammad SAW. melakukan shalat, sedangkan Umamah binti zainab di letakkan di leher beliau. Di kala beliau sujud, Umamah tersebut di letakkanya dan bila berdiri di letakkan lagi dil leher beliau. Umamah adalah anak kecil dari Abu Ash bin Rabigh bin Abdusysyam .

10. Riwayat yang lebih masyhur menyebutkan, Rasulullah pernah lama sekali sujud. dalam shalatnya, maka salah seorang sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali sujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau anda sedang menerima wahyu. Nabi Muhammad SAW, menjawab, “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku di tunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesah-gesah sampai dia puas.” Adapun anak yang di maksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain Radhiyallahu Anhuma

11. Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah putrinya, yaitu sayyidah fatimah r.a., beliau mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau berkata kepada Fatimah, “Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu menggangguku.” Lalu beliau memangku Al-Husain di atas lehernya dan berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia.

Ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lalu beliau turun dari mimbar dan membawa anak tersebut.

12. Nabi Muhammad SAW. sering bermain-main dngan Zainab binti Ummu Salamah r.a. beliau memanggilnya, “Hai Zuwainib, hai Zuwainib berulang-rulang.”

13. Nabi Muhammad SAW. sering berkunjung ke rumah para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-anaknya serta mengusap kepala mereka.

14. Diriwayatkan, pada suatu hari raya Rasulullah SAW. keluar rumah untuk menunaikan shalat ID. Di tengah jalan, beliau melihat banyak anak kecil sedang berman dengan gembira sambil tertawa-tawa. Mereka mengenakan baju baru, sandal mereka pun tampak mengkilap. Tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada salah seorang yang sedang duduk menyendiri dan sedang menangis tersedu-sedu. Bajunya kompang-kamping dan kakinya tiada bersandal. Rasulullah SAW, pun mendekatinya , lalu di usap-usap anak itu mendekapya ke dadabeliau seraya bertanya, “mengapa kau menangis, Nak .” Anak itu hanya menjawab, “biarkanlah aku sendiri.” Anak itu belum tahu bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah Rasulullah SAW. yang terkenal sebagai pengasih. “Ayahku mati dalam suatu pertempuran bersama Nabi,” lanjut anak itu.

“Lalu ibuku kawin lagi. Hartaku habis di makan suami ibuku, lalu aku di usir dari rumahnya. Sekarang, aku tak mempunyai baju baru dan makanan yang enak. Aku sedih meihat kawan-kawanku bermain dengan riangnya itu.”

Baginda Rasulullah SAW. lantas membimbing anak tersebut seraya menghiburnya, “Sukakah kamu bila aku menjadi bapakmu, Fatimah menjadi kakakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu?” Anak itu segera tahu dengan siapa ia berbicara. Maka langsung ia berkata, “mengapa aku tak suka, ya Rasulullah?” kemudian, Rasulullah SAW, pun membawa anak itu ke rumah beliau, dan di berinya pakaian yang paling indah, memandikannya, dan memberinya perhiasan agar ia tampak lebih gagah, lalu mengajak makan.

Sesudah itu, anak itu pun keluar bermain dengan kawan-kawannya yang lain, sambil tertawa-tawa sambil kegirangan. Melihat perubahan pada anak itu, kawan-kawannya merasa heran lalu bertanya, “Tadi kamu menagis, mengapa sekarang bergembira?” jawab anak itu, tadi aku kelaparan, sekarang sudah kenyang. Tadi aku tak mempunyai pakaian, sekarang aku mempunyainya, tadi aku tak punya bapak, sekarang bapakku Rasulullah dan ibuku Aisyah.” Anak-anak lain bergumam, Wah, andaikan bapak kita mati dalam perang.” Hari-hari berikutnya, anak itu tetap di pelihara, oleh Rasulullah SAW. hingga beliau wafat




Kamis, 02 Januari 2014

Dalil Iman Kepada Allah swt

Iman kepada Allah Subhanhu wa ta’alaa adalah satu kalimat yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun demikian, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan iman kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa tersebut? Beriman kepada Allah subhanhu wa ta’alaa adalah membenarkan dengan yakin akan adanya Allah subhanhu wa ta’alaa, membenarkan dengan yakin akan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluk-Nya, kemudian juga membenarkan dengan yakin, bahwa Allah swt memiliki sifat sempurna, suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk). Sebuah pembenaran yang terealisir dalam hati, lisan, dan amal perbuatan.
Beriman kepada Allah subhanahu wa ta’alaa berarti meninggalkan segala bentuk penghambaan, bersandar, dan menyembah kepada selain Allah subhanahu wa ta’alaa. Segala bentuk aktivitas kehidupan, baik yang bersifat lahir maupun bathin, jasmaniah maupun ruhaniah, semuanya hanya ditujukan untuk beribadah kepada Allah subhanhu wa ta’alaa, untuk mendapatkan ridho dan rahmat Allah subhanhu wa ta’alaa.
Adapun dalil-dalil yangberkenaan dengan iman kepada Allah subhanhu wa ta’alaa adalah sebagai berikut:
Firman Allah subhanahu wa ta’alaa:
“Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat.” (QS. An Nisaa’ (4): 136
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah (2): 163.)
“Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat di hadapan-Nya jika tidak dengan seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan manusia dan apa yang di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sedikit jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuannya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu tidak berat bagi-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah (2): 255.)
“Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui perkara yang tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci, yang sejahtera yang memelihara, yang Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala sesuatu yang mereka perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang menciptakan, yang memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi langit mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr (59): 22-24 )
“Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash (112): 1-4)
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha (20): 14)
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka bartakwalah kepada-Ku.” (QS. Al Mukminun (23): 52)
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya (21): 92)